Saturday, 26 October 2013

Weekly Interview – Pada tanggal 27 April 2007, para penyelenggara ruang obrolan (chat room) berbahasa Arab yang radikal pada jaringan on line Paltalk memberitahukan adanya sesi khusus tanya jawab secara langsung dengan Abu Adam al-Maqdisi, ia berkebangsaan Palestina, berjuang bersama Al-Qaeda “Negara Islam Iraq”.
Dalam pemberitahuan yang ditempatkan pada forum on line lainnya, penyelenggara menjelaskan bahwa wawancara ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para pendukung Al-Qaeda dan untuk “ memberikan gambaran tepat mengenai jihad di Mesopotamia.” Diskusi ini sepenuhnya diselenggarakan dengan audio stream yang disediakan oleh  Paltalk, dan berlangsung selama dua jam lebih.
“ Berkenaan dengan pertanyaan Anda apakah kami memerlukan lebih banyak perekrutan Mujahidin dan apakah ada kamp pelatihan [di Iraq ] … Saya akan mengatakan bahwa terkadang kami memerlukan lebih banyak Mujahidin dan terkadang kami sama sekali tidak memerlukannya. Tidak ada kamp pelatihan khusus di Iraq. Pelatihannya diselenggarakan di tempat tersembunyi yang rahasia atau di wilayah, yang untuk alasan tertentu, tidak dapat saya beritahukan kepada Anda. Saudara-saudara kami siap untuk bertempur, berdoa hanya kepada Allah untuk rahmatNya. Kebutuhan kami yang sangat penting adalah syuhada [sukarelawan aksi syahid], kami memerlukan syuhada lebih dari hal lainnya. Ada juga kebutuhan yang kadang-kadang diperlukan oleh saudara-saudara pejuang atau saudara-saudara yang bekerja di bidang media. Sekali lagi, ada kamp-kamp pelatihan, tetapi letaknya tersembunyi di bawah tanah.”
“ Sehubungan dengan orang-orang Sunni di Iraq, saya memohon kepada Allah untuk melindungi dan menjaga agar mereka selamat. Orang-orang Sunni di Iraq telah melakukan hal-hal yang mustahil untuk kami. Juga untuk berbagai suku yang ada di Iraq. Kami benar-benar menghargai segala hal yang telah dilakukan oleh orang-orang Sunni untuk membantu kami. Orang-orang Sunni telah membantu kami, bertentangan dengan apa yang dipublikasikan di media, mereka masih melakukannya. Jumlah para pejuang Iraq [ yang merupakan penduduk asli ] atau Mujahidin banyak sekali, bahkan jauh lebih banyak daripada para pejuang yang berasal dari negara lain. Berkenaan dengan jumlah Mujahidin yang mendominasi kepolisian dan angkatan darat yang keluar, saya akan mengatakan : Mujahidin mempunyai kendali di Iraq dan mereka benar-benar mendominasi lebih banyak di wilayah-wilayah Sunni : wilayah Anbar, termasuk di dalamnya Ramadi, Taji, Shakeriya, Yusifiya, Qaraghoul, dan Radwaniya semua di bawah kendali saudara-saudara kami. Ada pula beberapa wilayah seperti Baiji, Hawija dan Baqubah dimana saudara-saudara kami mempunyai peranan penting dalam kekuasaan. Para Mujahidin berusaha untuk tidak bertempur – kecuali bila mereka terpaksa – di wilayah-wilayah yang menjadi tempat pemukiman mereka, dalam artian tempat mereka tidur. Ini adalah perintah dari Syekh Abu Musab al-Zarqawi (rahimahullah). Saya ingin mengklarifikasikan tentang penyusupan pada berbagai badan kepolisian atau Angkatan Darat. Saya ingin meyakinkan Anda bahwa saudara-saudara Anda di Iraq telah menyusup ke dalam kepolisian, National Guard, Brigade Badr, dan masih banyak lagi lainnya. Semua mekanisme yang digunakan untuk melawan Mujahidin telah kami susupi, dan sebagai buktinya adalah serangan [ aksi syahid ] yang baru-baru ini terjadi di Wilayah Hijau …”
“Saya mengirimkan salam saya untuk Angkatan Darat Islam di Iraq [ IAI ]. Saya beritahukan kepada Anda bahwa kami telah menggabungkan operasi kami dengan Angkatan Darat Islam, Brigade-brigade al-Sunnah, Brigade-brigade Tishrin, Brigade  Aisha, dan Brigade Abu Bakar. Kami telah menggabungkan operasi kami dengan semua kelompok yang telah kami sebutkan di atas, khususnya dengan Angkatan Darat Islam di Iraq. Sehubungan dengan [ pernyataan ] tentang pembunuhan 30 pejuang dari Angkatan Darat Islam di Iraq, ini salah dan sepenuhnya tidak benar… Saya tidak mempunyai komentar apapun tentang [ juru bicara IAI ] saudara [Ibrahim ] al-Shammari. Kami tidak mempunyai gambaran tentang apa yang sekarang dilakukan oleh saudara-saudara kami di divisi media [ dari IAI ]. Saya adalah  anggota militer, satuan para pejuang.”
“ Untuk siapa saja yang ingin bergabung dengan jihad di Iraq, saya minta Anda bersabar dan mengatur segala urusan sebelum Anda melakukannya. Anda seharusnya menghubungi saudara-saudara di Iraq sebelum Anda pergi ke sana. Seluruh gagasan tentang ‘ jihad yang penuh gairah ‘ dan pergi ke Iraq tanpa ada siapapun yang dapat dihubungi adalah sia-sia. Hari-hari ini ada banyak orang yang bertopeng dan bersenjata berjalan mondar-mandir di jalanan-jalanan di Iraq, tetapi tidak semua dari mereka adalah ‘ saudara ‘, sebelumnya Anda harus merencanakan kedatangan dan perjalanan Anda. Adakalanya ‘ saudara ‘ itu sebenarnya bekerja untuk [ Iraq ] National Guard atau polisi yang desersi, jadi berhati-hatilah. Saya minta anda mendoakan saudara-saudara Anda di Iraq dan ketenangan untuk para Mujahidin …”
“ Ya, memang ada kepentingan utama dalam tugas media di Iraq. Umumnya kami mempunyai cabang media yang terpisah di tiap-tiap wilayah di Iraq. Saudara-saudara di Iraq berusaha untuk tetap mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di Iraq melalui berbagai forum yang ada di internet. Baik Sunni maupun wilayah yang keluar mengetahui dengan baik dan mereka terpisah satu sama lain. Kita harus ingat bahwa setelah kematian Syekh Abu Musab [ al-Zarqawi ] saudara-saudara Anda telah menguasai Baghdad secara total dan menyeluruh selama tiga jam. Bahkan untuk membalaskan dendam atas kematiannya, 55 bom mobil telah diledakkan di Baghdad. Berkenaan dengan beberapa provinsi di selatan yang beraliran komunis, saudara-saudara Anda telah membuat sebuah perjanjian kesepakatan dengan mereka. Sebaiknya kita tidak  melupakan saudara-saudara Iraq yang mempunyai peranan penting di Iraq.”
“ Merespon pertanyaan apakah ada hubungan antara Mujahidin di Iraq dengan Mujahidin di Aljazair dan Afghanistan, saya akan mengatakan : Mujahidin mempunyai hubungan yang tertutup satu sama lain dan bekerja sebagai satu kesatuan, dari Afghanistan sampai Syiria. Bersabarlah dan kemenangan akan segera datang. Menjawab pertanyaan apakah seseorang dapat pindah ke Iraq bersama keluarga mereka, saya akan mengatakan : pindah ke Iraq bersama seluruh keluarga adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan, benar-benar sulit. Medan pertempuran Iraq memiliki kompleksitas yang sangat tinggi. Ada waktu-waktu dimana selama empat bulan berturut-turut, saudara-saudara Mujahid Anda tidak dapat tidur di dalam rumah. Situasinya begitu kompleks sehingga mereka harus tidur di semak-semak atau di bawah pohon. Berkenaan dengan saudara-saudara kami dari Aljazair, mereka biasa datang ke Iraq dan kemudian kembali ke Aljazair. Ada koordinasi antara kami dan mereka. Pernah saya bertemu dengan saudara yang berasal dari Tunisia ia kemudian meninggal dunia [di Iraq]. Saya bertemu dengan saudara-saudara yang berasal dari Syiria dan Yaman, dari mana-mana. Sekali waktu saya bertemu dengan  seorang saudara yang berkebangsaan Amerika dan ibunya berasal dari Inggris, tetapi ia tetap memilih bergabung dengan Mujahidin. Berkenaan dengan suku Kurdistan di Iraq dan apakah Mujahidin telah menguasai wilayah itu, saya akan mengatakan bukti terbaik untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah video ‘ Kembali ke Pegunungan’ (Return to The Mountains).”
“ Setiap saudara yang memasuki Iraq, berkoordinasi dengan saudara yang sudah tinggal di Iraq, memberikan sebuah file berisi nama lengkap, negara atau kebangsaan, dan informasi mengenai orang yang bisa dihubungi. Ketika dia meninggal, saudara yang lain akan segera mengirimkan kabar kepada keluarganya. Allah bersama saudara-saudara kami yang berada di penjara Abu Ghraib dan Guantanamo … Sehubungan dengan pertanyaan apakah akan terjalin sebuah hubungan antara kami dengan [ Syiah ] Hezbollah [ di Lebanon ], sangat tidak mungkin akan ada hubungan seperti itu, karena kebaikan dan kejahatan tidak dapat bercampur… Saya memohon kepada Allah untuk memberikan dukungan dan bantuan untuk saudara-saudara Anda di Angkatan Darat Ansar al-Sunnah, Mereka benar-benar singa dan kami melaksanakan operasi gabungan dengan mereka. Mereka benar-benar mahir dengan apa yang mereka lakukan. Ada beberapa alasan internal dan beberapa kondisi dalam barisan Ansar al-Sunnah yang mencegah mereka mendukung Negara Islam Iraq, tetapi saya tidak akan mengatakannya di sini. Kami lebih menyukai saudara-saudara yang telah datang dan berharap untuk bergabung berjihad di Iraq mulai menyiapkan diri dan melatih diri mereka dulu sebelum akhirnya mereka memasuki Iraq. Menjawab pertanyaan apakah Mujahidin memerlukan sesuatu dari saudara-saudara yang datang ke Iraq, kami tidak memerlukan apapun selain doa mereka. Kami tidak memerlukan uang, hanya doa. Siapapun yang memutuskan untuk berjihad dan mengorbankan diri serta apapun yang mereka miliki, Allah akan memberikan balasan untuk mereka.”
“ Saya ditanyai tentang beberapa kejadian tertentu yang melibatkan kelakuan para tentara Negara Islam Iraq, tetapi saya tidak akan menjawab pertanyaan itu di sini. Seseorang dapat melakukan kesalahan dan ia akan mendapatkan hukuman untuk itu. Bagaimanapun hal itu tidak dapat memberikan gambaran tentang angkatan darat Negara Islam secara keseluruhan. Kami mencintai saudara-saudara kami di Angkatan Darat Islam di Iraq dan kami bersatu dalam pertempuran melawan musuh, tetapi lebih baik saya tidak mendiskusikan masalah kami dengan IAI. Orang-orang yang tinggal di Iraq memiliki pandangan yang berbeda tentang segala hal karena mereka mengalaminya tiap hari, dan video yang dipublikasikan saudara kami dari Al-Furqan Media Foundation benar-benar dapat menjawab pertanyaan Anda.”
” Menjawab pertanyaan apakah saudara-saudara di Iraq akan memberikan bantuan dan dukungan kepada saudara-saudara di Lebanon : Orang-orang Iraq sangat mungkin memberikan dukungannya kepada orang-orang Lebanon karena sebelumnya mereka telah memberikan dukungan kepada kami… Saya akan memberikan pendapat saya mengenai pemerintahan Hamas [ di wilayah Palestina ] : mereka adalah pemerintahan sekuler, lebih dekat kepada nasionalis daripada religius… Menjawab pertanyaan apakah ada kebutuhan untuk saudara-saudara perempuan kami bergabung dalam pertempuran di Iraq. Ada cukup banyak saudara-saudara kami di Iraq, laki-laki maupun perempuan, kami hanya membutuhkan doa Anda. Asisten medis saudara kami di Iraq menerima lebih banyak dari apa yang diterima saudara kami di Chechnya. Pemimpin kami Abu Umar al-Baghdady. Negara Islam Iraq tidak mempunyai hubungan dengan Negara ateis Iran. Berkenaan dengan kemampuan militer Negara Islam Iraq, Anda telah mendengar pidato Abu Hamza al-Muhajir (pemimpin militer Negara Islam Iraq), ia telah menegaskan adanya kebutuhan untuk menarik saudara-saudara yang memiliki kemampuan dan bakat berbeda. Atas kehendak Allah, kami memiliki cukup banyak saudara dengan bakat yang berbeda-beda. Kami mengingat perekaman video berbagai pelajaran untuk saudara-saudara kami melalui divisi media.”
“ Penyerangan yang dilakukan di berbagai  pasar, toko, dan orang-orang sipil tidak mungkin dilakukan oleh saudara-saudara kami. Mereka tidak menempuh perjalanan beratus-ratus kilometer hanya untuk membunuh orang-orang sipil.  Tindakan itu dilakukan oleh orang-orang ateis, orang-orang yang murtad, dan orang-orang non muslim untuk menjatuhkan reputasi Negara Islam Iraq. Hampir semua operasi yang dijalankan oleh mujahidin terekam… Operasi yang menewaskan Abu Musab al-Zarqawi, sebenarnya bukan Abu Musab targetnya. Tetapi Abu Abdelrahman al-Baghdadi, yang juga terbunuh dalam serangan itu. Sebelum penyerangan Abu Abdelrahman ditempatkan di bawah pengawasan dengan pesawat yang bergemuruh. Selama penyerangan Abu Jaffar al-Maqdisi, Abu Mumin, Abu al-Masri dan beberapa orang lainnya terbunuh. Saat itu Abu Musab dapat meninggalkan rumah beberapa detik sebelum bom pertama meledak dan sesudahnya, ia ikut dalam pertempuran melawan militer Amerika selama 3 jam. Ketika mereka menyadari bahwa untuk menyelesaikan pertempuran memerlukan waktu yang terlalu lama, para tentara ditarik mundur dan wilayah itu dihantam oleh dua bom dengan berat 500 pound, yang menyebabkan kematian Abu Musab dan semua orang yang berjuang bersamanya …”
“ Menjawab pertanyaan tentang Mujahidin yang memasuki Iraq dan berhasrat untuk melaksanakan operasi istisyhadah (aksi syahid), saya mengatakan bahwa siapapun saudara kami yang dating ke Iraq dan ia mengatakan ingin melaksanakan operasi istisyhadah, maka akan dievaluasi pertama kali oleh pemimpin Brigade Syuhada apakah ia berpengalaman dalam pelatihan militer, atau mempunyai pendidikan profesi yang dapat memberikan manfaat bagi Mujahidin (seperti dokter atau orang yang memahami syariah). Dalam operasi dimana tahanan tertangkap, sangat penting untuk mempunyai saudara yang terlatih dalam syariah, karena ia akan memutuskan apakah tahanan itu akan dibunuh atau tidak.”
“… Saudara-saudara Anda di Iraq mempunyai kendali penuh atas wilayah-wilayah  di sana, pemberitaan mengenai Ramadi adalah salah dan tidak benar. Ya, kami mempunyai informan yang merupakan orang-orang Syiah. Saya pernah bertemu dengan seorang saudara, namanya Sajjid dan dulunya ia orang Syiah, tapi kemudian ia menjadi orang Sunni dan meninggalkan keluarganya untuk itu. Saudara ini merupakan aset yang sangat besar untuk Mujahidin, terutama selama hari-hari keras Fallujah. Saudara Anda selamat dan semuanya berjalan seperti yang telah direncanakan, termasuk operasi militer kami, penangkapan, pembunuhan … Saudara-saudara itu biasanya memulai hari dengan doa di saat fajar, kemudian membaca dan mempelajari Al Quran. Sekitar pukul tujuh, mereka akan pergi berlatih fisik selama 1 jam, setelah itu pelatihan militer baru dimulai. Pelatihannya berada di luar ruangan. Kemudian, saudara-saudara yang mempunyai pekerjaan akan pergi bekerja dan yang tidak mempunyai pekerjaan akan duduk mengikuti sesi tentang syariah.”
“ Berkenaan dengan pendapat kami mengenai Global Islamic Media Front (GIMF), saya mengatakan bahwa mereka adalah saudara kami. Semoga Allah memberikan rahmatNya untuk semua kerja keras mereka. Mereka selalu berada di semua front depan.  Menjawab pertanyaan Anda apakah saudara Anda yang bergabung dengan jihad di Iraq masih hidup ataukah sudah meninggal, saya tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Telah saya katakan sebelumnya, bahwa tiap orang yang ingin pergi ke Iraq seharusnya berkoordinasi dulu dengan saudara-saudara yang ada di sana, sehingga ketika ia datang, mereka dapat membuat file pribadi tentang dirinya, nama, negara asal, dan nomer telefon – jadi bila dia meninggal dunia orang tuanya dapat segera kami hubungi.”
“ Orang-orang Amerika menyadari konsekuensi yang timbul akibat berdirinya Negara Islam Iraq. Ada berbagai komite dengan status hukum yang akan membuat kesepakatan dengan pejabat resmi Negara Islam Iraq. Saudara Anda yang ada di divisi media bertanggung jawab untuk hal itu, diantara hal yang lainnya, menyebarkan ajaran Salafi mengenai jihad kepada masyarakat luas melalui CD, kaset video, dll … Ada saudara kami di luar sana yang menghabiskan banyak waktunya untuk mengcopy CD CD ini,  kadang sampai 500 – 600 CD dalam satu hari, semuanya dengan tujuan menyebarkan agama yang mempunyai satu Tuhan kepada masyarakat luas. Negara Islam Iraq sedang berjalan, akan dikukuhkan, dan kami tidak sembarangan dengan  orang-orang yang korupsi [ pro pemerintah ].  Abu Umar al-Baghdady mempunyai kewajiban untuk memimpin. Dia adalah seorang pemimpin dan tidak perlu bertempur kecuali bila dia terpaksa. Sebaliknya, Abu Musab al-Zarqawi biasanya turut bergabung dalam pertempuran pertama untuk Fallujah. Selama pertempuran kedua untuk Fallujah, beberapa saudara meminta kepadanya untuk hanya memimpin dan menjauh dari pertempuran. Saudara-saudara tersebut adalah Abu Anas al-Shami, Umar Hadid, Abu Muhammed al-Lubnani, Abu Suhaib, dan Abu Abdullah al-Raghawi… Menjawab pertanyaan tentang apa alasannya sehingga golongan pemberontak tidak mau bergabung dengan Negara Islam Iraq – Wahai saudaraku tiap orang mempunyai alasan sendiri. Negara Islam Iraq tetap akan ditegakkan, tidak peduli ada yang mendukung atau menentangnya …”
“ Menjawab pertanyaan tentang senjata apa yang sering digunakan di Iraq, Saya mengatakan bahwa tiap operasi dan daerah operasi memerlukan tipe dan jenis senjata yang berbeda. Secara umum saudara  Anda mengunakan teknologi yang sama yang digunakan oleh orang kafir dan orang Amerika. Jika mereka menggunakan M16 atau senjata M-4 rifles, maka saudara Anda juga akan menggunakannya. Semoga kami segera akan dapat mempunyai F16 milik kami sendiri. Jangan lupakan janji Abu Musab [ al-Zarqawi ] yang terkenal bahwa Amerika akan dikalahkan dengan senjata mereka sendiri. Menjawab pertanyaan ‘ Cara apa yang paling baik untuk mempersiapkan diri anda selama berada di negara Anda sebelum Anda bergabung dengan jihad di Iraq ‘ : Wahai saudaraku, ada banyak pelatihan militer yang diadakan oleh berbagai situs web tentang jihad – seperti forum Al Hesbah, Al Ekhlaas dan Al Boraq.  Mungkin hal yang terpenting adalah latihan fisik. Anda harus bisa berlari. Anda harus menetapkan setelah Anda berdoa tiap saat, lakukan 50 push up dan 50 sit up. Saudara Abu Ubaidah al-Anshari biasanya menambah sampai 100 tiap kali ia berdoa… Menjawab pertanyaan tentang rencana atau tujuan kami di masa mendatang setelah Negara Islam Iraq dkukuhkan, pertama kami memohon kepada Allah untuk menolong kami mendapatkan kemenangan, baru kemudian kami akan memikirkan langkah kami selanjutnya. Tentu saja prioritas paling utama adalah Palestina. Anda tahu bahwa Bush yang terkutuk itu telah membuat rencana untuk Iraq yang baru, jadi Abu Umar al-Baghdadi (Amirul Mu’minin Negara Islam Iraq) juga membuat rencana baru – termasuk menembak jatuh pesawat. Menjawab pertanyaan tentang jatuhnya helikopter Apache dan senjata yang digunakan untuk melakukannya, saya dilarang untuk mendiskusikan masalah itu di sini. Saya pikir setiap orang yang menyaksikan video tentang jatuhnya pesawat itu dapat melihat senjata yang digunakan untuk melakukannya disamarkan… Ya, Anda memerlukan mobil untuk jihad Anda, tentu saja Anda dapat berjalan, namun Anda tidak dapat membawa senjata Anda di tengah masyarakat, jadi Anda mengemudikan dan memarkir mobil anda sejauh 400 – 500 meter kemudian Anda berjalan. Dalam serangan aksi syhaid, saudara Anda ‘dijatuhkan’, kemudian saudara yang lain akan mengemudikan mobilnya secepat mungkin menjauhi wilayah itu, biasanya memerlukan waktu 2 – 3 menit, paling lama 5 menit untuk mengebom wilayah … Menjawab pertanyaan perlunya penyamaran, saya mengatakan daerah di Iraq berbeda dengan Afghanistan atau Chechnya. Anda akan dapat berbaur dengan orang-orang di sekeliling Anda, dalam penampilan, tingkah laku,… dll… Menjawab pertanyaan tentang cara merakit roket dan misil, saudaraku, anda dapat menemukan informasi tentang itu dari Forum-forum jihad Islam yang ada di internet…”
“ Menjawab pertanyaan tentang tahanan Maroko, ada banyak saudara yang berasal dari Maroko yang bergabung dengan Negara Islam Iraq dan akhirnya mereka mendapatkan kabar tentang hal ini. Saya tidak dapat menjawab pertanyaan tentang barisan persediaan antara saudara di Iraq dan Afghanistan. Saya tidak mempunyai ide tentang pelarian tahanan dari penjara Badoush [ di Mosul ]… jaringan Al-Qaeda mempunyai peranan –juga kelompok yang lain—dalam berbagai bagian dari Negara Islam Iraq.  Saya tidak bisa menjawab apakah ada koordinasi langsung antara keduanya. Kami menyarankan kepada saudara-saudara kami di Palestina untuk tidak mengikuti arus dan bekerja keras demi tegaknya sebuah sistem yang benar-benar mengikuti ideologi Salafy Jihadi dan untuk berjuang membebaskan Palestina. Surat yang baru-baru ini dari Dr. Ayman al-Zawahiri menggambarkan dengan tepat apa yang perlu mereka lakukan. Semoga Allah membetulkan kepemimpinan Hamas… Isu mengenai angkatan darat Islam di Palestina masih belum jelas. Kami harap mereka adalah pengikut ideology Salafy Jihadi … tidak ada peranan bagi orang-orang sekuler di Negara Islam – pasti terjadi, atas kehendak Allah, sebuah Negara Islam. Mungkin Anda telah melihat atau mendengar seseorang dari mereka yang akhirnya berubah dan menjadi religius, misalnya kisah tentang pelaku aksi syahid yang dulunya adalah pemimpin angkatan darat Iraq.”
“ Negara Islam Iraq secara umum menguasai seluruh provinsi Anbar… Ada kerjasama terbatas dengan Negara Islam di provinsi Salahudeen [Samarra, Hawija, Taji Tikrit, Hit, Diyala). Seluruh tempat tersebut untuk istirahat. Kamu istirahat di tempat tersebut lalu kemudian pergi bekerja di tempat yang lain, lalu kembali dan itu bukan di tempat yang sama. Beberapa kepala suku di Iraq mendukung Mujahidin, namun ada juga yang membenci Mujahidin. Saudara-saudara Anda juga menguasai beberapa perbatasan di Iraq, tapi saya tidak bisa menjelaskannya secara rinci saat ini.”
“Kemenangan telah dekat, dengan idzin Allah SWT. Saya ingin menyampaikan salam penghormatan untuk seluruh saudara-saudara kita di Saudi Arabia, Maroko, Al Jazair, dan Tunisia. Hari ini, mayoritas Mujahidin dalam jaringan Al Qaeda di Iraq adalah warga Iraq, bukan pendatang. Itulah mengapa kami mengharapkan bagi siapa pun yang ingin bergabung dengan jihad Iraq agar memiliki basic dalam latihan militer. Paling tidak dia memahami bagaimana caranya menggunakan senjata.”
“Dalam kesempatan ini saya juga ingin menyampaikan ketidakhadiran juru bicara Negara Islam Iraq dalam forum ini untuk menjawab beberapa pertanyaan dikarenakan beberapa alasan. Beberapa saudara kita yang memiliki hubungan dekat dengan Syekh Abu Musab Az Zarqawi (rh) telah meninggalkan kita (syahid, Insya Allah) dan beberapa lagi masih hidup dan terus berjuang. Alhamdulillah. Al Qaeda sendiri telah berkembang dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga kemenangan itu datang, Insya Allah. Sebagaimana slogan kami, Hidup Mulia atau Mati Syahid. Sebagaimana yang kalian tahu, dahulu kami bernama Jama’ah Tauhid wal Jihad, Lalu menjadi Jaringan Al Qaeda, dan berkembang menjadi Majelis Syuro Mujahidin Iraq, dan akhirnya sekarang dikenal dengan nama Daulah Islamiyah Iraq atau Negara Islam Iraq.”
“Merespon apa langkah kami selanjutnya, maka saya sampaikan bahwa tujuan akhir kami adalah untuk menegakkan sebuah Khilafah Islamiyah. Kami akan memulai dengan membebaskan seluruh wilayah kaum Muslimin dari tangan-tangan rezim agresor, tentu kami tidak akan melupakan Palestina, Chechnya, Afhganistan, Adalusia (Spanyol), Philipina, dan negara-negara lain. Negara Islam Iraq akan terus memperluas wilayah jihadnya ke negara-negara tetangga, terutama untuk menginspirasikan jihad, dan operasi jihad.”
“Terima kasih saudaraku semua atas pertemuan kita ini. Saya akan mengakhiri wawancara ini dengan mengutip pesan dari Komandan Militer Negara Islam Iraq, Abu Hamzah Al Muhajir, “Wahai saudaraku, Saya ingin menginformasikan kepada Anda semua bahwa seluruh Mujahidin Iraq mengikuti teladan Rasulullah SAW dalam memerangi murtadin. Negara ini, Insya Allah dengan idzinNya akan menjadi akan menjadi Khilafah Islamiyyah yang mengikuti manhaj kenabian. Jihad telah dimulai dari Afghanistan, dan kini di Iraq, dan akan terus berlangsung di seluruh wilayah. Kami berharap dapat mengakhiri penindasan saudara-saudara kami di Palestina. Negara Islam Iraq berjanji tidak akan menghentikan jihad hingga kita semua bisa membebaskan Jerusalem sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Baginda Rasulullah SAW. Seluruh pemimpin-pemimpin kami telah mencanangkan hal itu semua, Syekh Usamah bin Ladin, Syekh Aiman, Mullah Muhammad Umar, Abu Musab Az Zarqawi, dan kini Abu Umar Al Baghdady. Mereka semua telah berjanji untuk menegakkan Negara Islam di setiap jengkal wilayah di bumi ini. Kami memperingatkan yahudi dan dan para pemimpin Arab bahwa jihad telah datang , Islam ada di sini, dan pasukan serta pengikut Muhammad SAW ada di sini. Kami ingin sampaikan kepada kalian semua bahwa apa yang kalian hadapi di Selatan Libanon menghadapi Hizbullah hanyalah sesuatu yang kecil dibandingkan dengan yang akan kalian hadapi dari pasukan Allah berikut ini.”
Weekly Interview
http://www.arrahmah.com
The State Islamic Media 

Wednesday, 23 October 2013

GERAKAN TERORIS DALAM MASYARAKAT ISLAM: ANALISIS TERHADAP GERAKAN JEMAAH ISLAMIYAH (JI)

PENDAHULUAN

Dalam setiap kelompok masyarakat, sama ada berbentuk agama dan kepercayaan mahupun aliran pemikiran dan kebudayaan, selalu sahaja ada sebahagian daripada mereka yang cenderung mendominasi kelompok lain. Tidak jarang keinginan tersebut diwujudkan secara paksa dan kadang-kadang dengan kekerasan. Persaingan antara kelompok sudah mewarnai sejarah kehidupan manusia, sejak dahulu hingga ke hari ini.

Sejarah terorisme dirancakkan dengan munculnya kelompok-kelompok pelampau dari berbagai agama. Kelompok ekstrim Yahudi, Zealot, terlibat dalam pembunuhan terhadap pegawai tinggi pemerintahan Rom yang dikenali sebagai kegiatan Sicarii sekitar tahun 66-73 M.; Assassin dilakukan oleh sebahagian kelompok Syi‘ah Isma‘iliyyah Nizariyyah pada abad ke-11 M.[1] Malahan sejarah terorisme moden diawali pada zaman revolusi Perancis (tahun 1793-1794) oleh kelompok Jacobin[2] yang dipimpin Robespierre;[3] sehinggalah ke abad 21 ini, gerakan terorisme tidak sepi daripada kumpulan-kumpulan agama. Tetapi di atas segala hal, masalah politik merupakan faktor utama di sebalik kemunculan gerakan keganasan ini.

Banyak penganalisis di Barat yang lupa bahwa kekerasan yang timbul dari kalangan umat Islam secara tidak langsung disebabkan langkah dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak luar, iaitu negara-negara Barat sendiri, mereka lalu mencari akar sejarah kepercayaan Islam yang dikatakan sebagai faktor pendorong gerakan tersebut; agama dianggap sebagai akar kekerasan dalam Islam.[4] Jihad dipandang sebagai punca timbulnya keganasan.[5]

 Pada sudut yang lain, kelompok-kelompok Muslim yang melakukan tindak keganasan sering dipanggil sebagai kelompok Islam fundamentalis, Islamis, radikal, ekstremis, militan dan sebagainya; sehingga apabila istilah-istilah ini disebut maka yang terbayang dalam fikiran pendengarnya adalah sama dengan teroris. Padahal istilah-istilah tersebut mempunyai pengertiannya yang tersendiri. Seseorang mungkin saja seorang fundamentalis, tetapi belum tentu ia teroris. Walaupun kelompok-kelompok tersebut sering dikaitkan dengan kekerasan, namun tidak bererti semuanya mengamalkan terorisme. Karena itu mempersamakan mereka secara keseluruhan dengan teroris adalah suatu pengeliruan.

            Artikel ini membicangkan kumpulan Jemaah Islamiyah, salah satu kumpulan Muslim yang dikaitkan dengan keganasan di Asia Tenggara. Perbincangan meliputi asal-usul, ideologi, strategi perjuangan, dan wilayah operasinal kumpulan tersebut; kemudian penulis akan memberikan penilaian yang sepatutnya, apakah Jemaah Islamiyah merupakan kelompok pengganas atau bukan.




ASAL-USUL JEMAAH ISLAMIYAH


            Jemaah Islamiyah[6] (JI) adalah nama untuk kumpulan Muslim yang beroperasi di Asia Tenggara. Kumpulan ini menjadi popular selepas peristiwa pengeboman sebuah pusat hiburan di Bali pada 12 Oktober 2002, yang mengorbankan 202 nyawa, dan pengeboman di hotel J.W. Marriot, Jakarta, pada 5 Ogos 2003, yang membunuh 12 orang. Kemudian JI juga dipercayai bertanggungjawab ke atas pengeboman di depan pejabat Kedutaan Australia di Jakarta pada 9 September 2004, dan beberapa siri pengeboman gereja di Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya.  Oleh itu, JI secara rasmi dimasukkan ke dalam  senarai organisasi teroris di PBB pada 23 Oktober 2002.

            Walaupun dilaporkan bahawa JI baru ditubuhkan di Malaysia sekitar tahun 1990-an oleh Abdullah Sungkar[7] bersama-sama dengan veteran perang Afghanistan yang terlibat dengan al-Qa‘idah, namun menurut sebahagian pengamat, akar kumpulan JI  telah bermula sejak tahun 1970-an, ketika Sungkar dengan Abu Bakar Ba’asyir[8] mendirikan Sekolah Agama atau Pondok Pesantren al-Mukmin yang dikenali sebagai Pondok Ngruki di Solo, Jawa Tengah.[9] JI merupakan transformasi daripada gerakan Darul Islam (DI) yang pernah memberontak sekitar tahun 1950-an, bertujuan untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).[10] Dikabarkan bahwa Sungkar dan Ba’asyir masuk ke dalam DI tahun 1976. [11]  Sungkar dilantik menjadi gabenor militer NII wilayah Jawa Tengah.[12] Pada bulan Februari 1977 ia menubuh dan memimpin kelompok pejuang yang diberi nama  Jemaah Mujahidin Ansharullah (JMA) dan dianggap oleh sebahagian pengamat sebagai mukadimah bagi gerakan JI sekarang.[13] Menurut Mark Hong, Sungkar dan Ba’asyir akrab dengan Abdul Wahid Kadungga,[14] dialah yang memperkenalkan kepada mereka gerakan Jama‘ah Islamiyyah (Islamic Group), sebuah gerakan militan Muslim yang merupakan pecahan daripada Ikhwan al-Muslimin (IM) dan mulai popular di Mesir tahun 1970-an.[15]

 Ketika Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) ditubuhkan pada tahun 1967, Sungkar dan Ba’asyir memimpin cawangannya di Jawa Tengah. Mereka mendirikan stesyen Radio Dakwah Islamiyah Surakarta, yang secara terbuka menyeru melaksanakan jihad di Jawa Tengah, kemudian stesyen radio tersebut diarahkan oleh pemerintah supaya ditutup pada tahun 1975. Kerana itu, ketika menjelaskan kumpulan Jemaah Islamiyah, ICG Asia Report,[16] menyatakan:

Organisasi tersebut [JI] merupakan jelmaan sebuah hibrida ideologi (ideological hybrid). Ada pengaruh kuat dari kelompok Islam radikal di Mesir, dalam erti struktur organisasi, kerahsiaan, dan misi jihadnya. Gerakan Darul Islam pada tahun 1950an masih tetap menjadi ilham yang kuat, akan tetapi ada warna anti-Kristian yang menonjol pada ajaran-ajaran JI yang bukan ciri Darul Islam. Menurut orang-orang yang dekat dengan Abdullah Sungkar, hal itu akibat hubungan masa lalunya dengan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), yang oleh seorang ilmuwan disebut “memiliki obsesi hampir paranoid, yang melihat usaha-usaha misionaris Kristian sebagai ancaman terhadap Islam, serta orientasi yang kian kuat kepada Timur Tengah, terutama Arab Saudi”.[17]

Pada tahun 1978, Sungkar dan Basyir dipenjarakan oleh pemerintahan Soeharto, kerana didakwa bersubuhat dengan kumpulan Komando Jihad[18] yang diketuai oleh Haji Ismail Pranoto (Hispran) untuk mencetuskan tindakan subversi, dan menuntut pelaksanaan Syari‘ah Islam di Indonesia. [19]  Pada tahun 1982, mereka dibebaskan, namun kemudian ekoran peristiwa Tanjung Priok tahun 1984 yang mengorbankan banyak nyawa, keduanya kembali dituduh melakukan subversi. Inilah yang menyebabkan Sungkar dan Ba’asyir melarikan diri ke Malaysia tahun 1985 melalui Medan.[20] Dalam perjalanannya ke Medan, menurut sebahagian pengamat, Sungkar sempat singgah  di daerah transmigrasi Lampung, Sumatera Selatan, iaitu kawasan penempatan transmigrasi (perpindahan penduduk) asal Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia sempat membentuk kumpulan yang dinamakan Jemaah Islamiyah di daerah Way Jepara. [21]  Lampung telah menjadi asas gerakan Darul Islam yang kuat sejak 1970-an, dipimpin Abdul Qadir Baraja,[22]yang pernah menjadi guru dan turut mendirikan Pondok Ngruki dan kawan rapat Abu Bakar Ba’asyir, yang juga turut hadir pada kongres pendirian  Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan dilantik sebagai ketua bahagian fatwanya. Way Jepara merupakan tempat bagi apa yang disebut sebagai Sekolah Satelit Pondok Ngruki, yang pada tahun 1989 menjadi pusat sebuah pertempuran berdarah antara warga Pesantren dengan Tentera Nasional Indonesia (TNI).[23] Mereka dikenali sebagai kelompok Mujahidin Warsidi. Mereka dianggap menentang ideologi negara, Pancasila.[24]

Tiba di Malaysia Sungkar dan Ba’asyir bertemu dengan Abdul Wahid Kadungga, dialah yang menguruskan tempat tinggal bagi mereka. Sungkar dan Ba’asyir menetap di Kuala Pilah dengan menggunakan nama samaran; Sungkar menggunakan nama “Abdul Halim”, sedangkan Ba’asyir menggunakan nama “Abdus Somad”.[25] Di Malaysia mereka bertemu dengan pendatang lainnya yang berasal dari kelompok pemisah Aceh dan Sulawesi yang sebelumnya ada hubungan dengan DI. [26] Sungkar dan Ba’asyir meneruskan dakwahnya. Walaupun mereka sudah berada di Malaysia, namun tetap berhubung dengan rakan-rakannya di Indonesia, bukan sahaja yang berada di Jawa Tengah, tetapi juga di Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Mereka merekrut anggota yang bersedia berperang di Afghanistan.[27] Sungkar merekrut sukarelawan melalui Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) dan mulai menghantar mereka ke Afghanistan sejak tahun 1985 dengan bantuan dana daripadaRabitah al-‘Alam al-Islami (Islamic World League).[28]

IDEOLOGI JEMAAH ISLAMIYAH

            Menurut Sidney Jones, ada empat sumber yang mewarnai gerakan Jemaah Islamiyah.[29] Pertama, ideologi Salafiyah yang telah berakar sebelumnya pada gerakan Darul Islam (DI), yaitu berjuang untuk mewujudkan negara Islam untuk menegakkan syari‘ah Islam semurni-murninya sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh Nabi, para sahabat, dan generasi terdahulu (salaf). Sebahagian anggota gerakan DI Jawa Barat adalah anggota organisasi Persatuan Islam (PERSIS) yang didirikan oleh Ahmad Hassan pada tahun 1920-an, dan memiliki beberapa persamaan di segi fahaman keagamaan dengan faham Wahabi di Arab Saudi. Imam Samudera (Abdul Aziz) yang dituduh melakukan pengeboman di Bali adalah berasal daripada keluarga PERSIS.[30] Ketika masih belajar, Imam Samudera sangat akrab dengan salah seorang gurunya, Kyai Saleh As’ad, yang pernah jadi pemimpin Darul Islam di Banten pada tahun 1970-an.[31]

            Kedua, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) yang didirikan tahun 1967 oleh Mohammad Natsir dan rakan-rakannya yang merupakan bekas anggota Masyumi.[32] Natsir sendiri pernah memimpin PERSIS dan Parti Islam Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) pada tahun 1950-an.[33] DDII semakin berorientasikan Salafiyah setelah Rabitah al-‘Alam al-Islami (Islamic World League) yang didirikan tahun 1962 dan berpusat di Arab Saudi, memberikan dana bantuan pendidikan, dakwah, dan pembangunan masjid melaluinya.[34]  Natsir juga pernah menjawat jawatan wakil presiden Rabitah.[35] Dan Rabitah  juga yang mendanai latihan ketenteraan yang diikuti oleh pengikut Abdullah Sungkar di Afghanistan.

            KetigaIkhwan al-Muslimin  (IM) di Mesir dan kumpulan pecahannya yang lebih keras, yaitu Jama‘ah Islamiyyah yang telah dihuraikan sebelum ini. Pemikiran tokoh-tokoh IM mempengaruhi Sungkar dan Ba’asyir serta memberi inspirasi bagi mereka untuk mendirikan gerakan usrah di Jawa Tengah. Sungkar juga meniru pola gerakan Jama‘ah Islamiyyah Mesir yang dipimpin oleh Syaikh ‘Umar ‘Abd al-Rahman yang tertuduh bersubuhat dalam kasus pengeboman WTC (World Trade Center), New York, tahun 1993. Dikatakan bahwa pada pertengahan tahun 1990-an, Sungkar dan Ba’asyir pernah berhubung dengan Usamah Rusydi dari kumpulan Jama‘ah Islamiyyah, Mesir.[36]

            Keempat, ideologi Mujahidin Afghanistan dan al-Qaedah, khususnya Abdullah Azzam. Sukarelawan yang dihantar oleh Sungkar ke Afghanistan mendapat latihan di kem pejuang yang dipimpin oleh Abdul Rasul Sayyaf yang berfahamkan Wahabi. Sayyaf ada hubungan dengan Azzam yang ketika itu memimpin Rabitah al-‘Alam al-Islami cawangan Peshawar. Azzam juga memimpinMaktab al-Khidmat yang merekrut, mendanai, dan melatih sukarelawan dari negara-negara Islam untuk berjuang melawan Soviet Union di Afghanistan. Tulisan-tulisan Azzam yang berkaitan dengan jihad diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Pustaka Al-Alaq, yang dipercayai mempunyai jaringan dengan JI atau Pondok Ngruki di Solo. Mukhlas (Ali Gufran)[37] mengakui bahwa ia banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Azzam. [38]

STRATEGI PERJUANGAN JI

Seorang murid Sungkar mengatakan bahwa ia kerap memperbandingkan perjuangan kaum Muslimin di Indonesia dengan perjuangan Rasul di Makkah. Seperti Rasul yang harus merancang strategi perjuangan secara senyap, maka setiap upaya untuk berjuang secara terbuka bagi menegakan sebuah negara Islam akan ditumpaskan oleh musuh-musuh Islam.[39] Karena itu, JI merupakan sebuah organisasi rahsia. Strategi yang dilakukan JI untuk mencapai cita-citanya adalah dengan ImanHijrah dan Jihad.[40] Tahap-tahap perjuangan Rasul mulai dari Makkah secara sembunyi-sembunyi dan kemudian berhijrah ke Madinah setelah mendapat tentangan hebat dari kaumnya; pada akhirnya berjihad setelah umat Islam kuat, kembali  semula ke Makkah menakluki kota tersebut dari penguasa jahiliyah, banyak mempengaruhi gerakan-gerakan Islam di berbagai negara.[41]

Terinspirasi oleh gerakan Ikhwan al-Muslimin (IM),  bahwa Negara Islam tidak mungkin akan berdiri tanpa terlebih dahulu digerakkan usaha Islamisasi terhadap individu-individunya (Islamisasi mulai dari bawah); maka langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, mendakwah individu-individu muslim, ini dilakukan secara umum di masjid-masjid. Kedua, individu-individu yang sudah menerima dakwah tadi dikelompokkan ke dalam kumpulan kecil yang dipanggil usrah (daripada bahasa Arab, bermakna: keluarga). Dalam usrah-lah anggota baru mendapat pendidikan. Kegiatan usrah ini biasanya dilakukan dari rumah ke rumah secara bergilir-gilir, ini dilakukan secara tertutup. Ketiga, daripada kumpulan-kumpulan usrah tadi dibentuklah kelompok yang lebih besar lagi, Jama‘ah Islamiyyah. Dan akhirnya, himpunan daripada Jama‘ah ini akan membentuk sebuah Negara Islam. Sungkar dan Ba’asyir meminta para alumni pesantren al-Mukmin supaya masuk ke dalam jaringan usrah-usrah tersebut.[42] Pola gerakan usrah yang berasal daripada Ikhwan al-Muslimin (IM) ini kemudian juga menyebar di kampus-kampus universitai.[43]Sebahagian anggota gerakan ini kemudian banyak mengkritik dan menentang pemerintah Indonesia.[44]

Cara yang dilakukan JI dalam merekrut anggota pejuangnya adalah sebagai berikut: Pertama, menyampaikan dakwah secara umum di masjid-masjid dan di pesantren-pesantren; Kedua, orang-orang yang nampaknya tertarik dengan dakwah tadi dijemput untuk menghadiri halaqah, yaitu pengajian tertutup dalam kumpulan kecil yang keanggotaannya lebih sedikit (usrah). Dalam halaqah  ini anggota akan dibimbing oleh seorang murabbi (instruktor), dialah yang akan memimpin anggota melalui empat tahap: tabligh (penyampaian dakwah dan informasi), ta‘lim(pengajaran tentang agama Islam), tarbiyah (pendidikan dan latihan mental dan fizikal), dan tamhis (penyaringan). Pada peringkat tamhis, para peserta akan disaring dan diuji bakat serta keupayaan mereka, kemudian mereka akan dibai‘ah menjadi anggota yang setia sebagai pengikut JI.[45]

Sungkar mengatakan bahwa untuk mewujudkan Dawlah Islamiyah itu diperlukan tiga kekutan: Quwwatul Aqidah (kekuatan akidah), Quwwatul Ukhuwwah(kekuatan persaudaraan sesama muslim), dan Quwwatul Musallahah (kekuatan bersenjata). Namun cara atau alat yang amat penting dalam mencapai tujuan tersebut, menurutnya, adalah dengan melaksanakan jihad (perang). [46] JI juga membentuk pasukan khusus yang dipanggil dengan nama Laskar Khas. Antara tugas pasukan ini adalah melakukan serangan-serangan dan pengeboman.[47]

WILAYAH OPERASI JEMAAH ISLAMIYAH

            JI bekerjasama dengan al-Qaeda setelah Abdullah Sungkar bertemu dengan Osama bin Laden di Afghanistan, awal tahun 1990-an.[48] JI yang telah mendapat semangat baru ini, sebagai tangan kanan al-Qaeda di Asia, tidak hanya bercita-cita mendirikan Negara Islam Indonesia sebagaimana diimpikan oleh DI, melainkan bertujuan lebih jauh lagi, iaitu mendirikan Negara Islam di Asia Tenggara atauDawlah Islamiyyah Nusantara, yang terdiri dari Malaysia, Indonesia, Brunei, Thailand Selatan, dan Mindanao di Filipina, bahkan juga mencakupi Papua dan Australia. Pada akhirnya, JI berniat mendirikan  Khilafah Islamiyyah yang akan menaungi umat Islam secara keseluruhannya.

JI membagi Asia Tenggara kepada beberapa Mantiqi (region):
  1. Mantiqi I, meliputi Semenanjung Malaysia dan Singapura, dipimpin oleh Hambali[49], kemudian setelah ia tertangkap dipimpin oleh Muchlas (Ali Ghufron). Mantiqi ini berperanan menyediakan keperluan ekonomi untuk operasi JI;
  2. Mantiqi II, meliputi sebahagian besar wilayah Indonesia. Mantiqi ini merupakan sasaran jihad, dipimpin oleh Abdullah Anshori (alias Abu Fatih)[50];
  3. Mantiqi III, meliputi Mindanao, Sabah dan Sulawesi, berperanan melaksanakan latihan ketenteraan, dipimpin oleh Mustopa[51];
  4. Mantiqi IV, meliputi wilayah Papua dan Australia, berperanan mengumpul dana, dipimpin oleh Abdul Rahim.[52]
Kemudian masing-masing mantiqi dibagi pula kepada wakalah (district, atau perwakilan), dan wakalah dibagi lagi menjadi fi’ah (cell, atau kelompok).[53]

HUBUNGAN JI DENGAN KUMPULAN LAINNYA

            JI mempunyai hubungan dengan al-Qaeda, MILF, Abu Sayyaf, dan kumpulan-kumpulan pemisah Muslim lainnya yang ada di Asia Tenggara. Kumpulan-kumpulan tersebut secara organisasi tidak dapat dikatakan mempunyai hubungan langsung, masing-masing kumpulan mempunyai struktur organisasi yang bersifat independen. Apa yang mempersamakan mereka adalah ideologi dan cita-cita hendak mendirikan negara Islam. Hubungan antara mereka terjalin sejak anggota-anggota kumpulan berkenaan turut sama-sama terlibat dalam latihan tentera di Afghanistan - Pakistan, sama ada semasa perang melawan Soviet Union, mahupun sesudahnya. Sejak tahun 1994 pemimpin JI memutuskan untuk memindahkan pusat latihan anggotanya dari Afghanistan ke Mindanao, dengan alasan kos yang lebih murah dan kedudukan logistiknya yang lebih dekat. JI sendiri membuka kem latihan baru dekat kem latihan Abu Bakar milik MILF, terletak antaraMaguindanao dan Lanao del Sur, yang dinamakan dengan kamp Hudaibiyah. Kem ini kemudiannya diserang dan berjaya diduduki oleh pasukan pemerintah Filipina pada bulan April 2001. Pusat latihan dipindahkan ke kem Jabal Quba di Gunung Kararao. Dalam kem latihan tersebut anggota-anggota dari kumpulan JI, MILF, dan Abu Sayyaf mendapat latihan bersama-sama. Sebahagian anggota JI bahkan juga terlibat dalam beberapa peristiwa pengeboman di Filipina. Fathur Rohman al-Ghozi[54], misalnya, terlibat bersama-sama dengan anggota MILF dalam merancang  lima serangan bom secara serentak di Manila pada 30 Disember 2000, bertepaatan dengan hari Rizal. Zulkifli[55], pemimpin kem JI perwakilan Hudaibiyah, terlibat pula bersama-sama dengan anggota MILF dan Abu Sayyaf dalam merancang beberapa serangan bom di Mindanao.[56] Selain daripada kem latihan di Mindanao tersebut, JI dan MILF juga membuka kem latihan baru di Poso, Sulawesi, Balikpapan dan Sampit di Kalimantan. Bahkan JI juga punya kem latihan di Blue Mountains, Australia.[57]

            Akhir tahun 1999, Abu Bakar Ba’asyir mengadakan pertemuan di Universiti Islam Antara Bangsa Malaysia, bagi mendirikan Rabitatul Mujahidin (RM).[58]  RM merupakan gabungan kelompok pemisah yang berasal daripada Filipina, Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Thailand. Antara kumpulan yang turut terbabit dalam gabungan tersebut adalah  Kelompok Mujahidin Malaysia (KMM, yang sering disebut sebagai Kumpulan Militan Malaysia); Laskar Jundullah, Darul Islam, Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Republik Islam Aceh dari Indonesia; MILF dari Filipina Selatan; the Rohingya Solidarity Organisation (RSO) dan Arakan Rohingya Nationalist Organisation (ARNO) dari Myanmar; dan the Pattani United Liberation Organisation (PULO) dari Thailand Selatan.[59] Malahan juga dikatakan bahwa pada pertemuan kedua RM yang dilaksanakan di Kuala Lumpur, pertengahan tahun 2000, turut hadir ialah wakil dari kumpulan Jihad Islam Mesir (Egyptian Islamic Jihad).[60]

PENILAIAN TERHADAP JEMAAH ISLAMIYAH

            Pertama yang hendak dijelaskan adalah bahwa gerakan keganasan memang ada dilakukan oleh sekelompok anggota JI. Namun tidak semua anggota JI terlibat dalam kegiatan tersebut, sebahagian daripada mereka ada yang moderat, seperti yang dinyatakan oleh Greg Fealy, mereka turut serta dalam pendidikan agama yang menganjurkan kedamaian dan terbabit dalam kerja-kerja kebajikan.[61] Bahkan Abu Bakar Ba’asyir, menurut hasil penyelidikan ICG Asia Report, lebih bersikap moderat dan menentang aksi-aksi pengeboman. Ketika Abdullah Sungkar meninggal dunia pada November 1999, Ba’asyir menggantikannya sebagai ketua JI. Tetapi ramai pengikut Sungkar yang direkrut di Indonesia, terutama anak-anak muda yang lebih keras, tidak berpuas hati dengan peralihan kepemimpinan ke tangan Ba’asyir. Kelompok tersebut di antaranya termasuk Riduan Isamuddin (alias Hambali), Abdul Aziz (alias Imam Samudra), Ali Gufron (alias Muchlas), dan Abdullah Anshori (alias Abu Fatih), dan lain-lain. Mereka menganggap Ba’asyir terlalu lemah, terlalu bersikap akomodatif, serta terlalu mudah dipengaruhi orang lain.

Perpecahan tersebut kian teruk ketika Ba’asyir bersama Irfan Awwas Suryahardy[62] dan Mursalin Dahlan[63], mendirikan Majelis Mujahidin Indonesia(MMI) pada bulan Ogos 2000. Menurut kelompok tadi, konsep MMI telah menyimpang dari ajaran-ajaran Abdullah Sungkar. Misalnya, mereka menganggap hal itu merupakan pengkhianatan terhadap ijtihad politik Sungkar agar JI tetap bergiat di bawah tanah hingga muncul saat yang tepat untuk menegakkan negara Islam. Tetapi, Abu Bakar Ba’asyir berdalih bahawa ruang keterbukaan yang ada pasca Soeharto membuka peluang-peluang baru; jika peluang tersebut tidak dimanfaatkan, maka hal itu bukan sahaja langkah yang salah, bahkan satu dosa. Kelompok tersebut membantah bahwa sistem politik mungkin sahaja lebih terbuka saat ini, namun ia masih dikuasai kaum kafir.

Pengikut Sungkar menolak pandangan Fuad Amsyari, setiausaha MMI, yang mengusulkan perjuangan menegakan syari‘ah Islam sebaiknya melalui jalur parlimen seperti DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) serta memilih calon dari partai Islam pada pilihan raya. Pasca pengakuan Omar Al-Faruq yang kemudian dimuat dalam majalah Time edisi September 2002, terjadi pertemuan antara MMI dengan JI. MMI menyampaikan pandangan Abu Bakar Ba’asyir yang melihat aksi perjuangan bersenjata seperti peledakan bom sebaiknya dihentikan. Karena, hal itu akan memberi impak negatif bagi gerakan Islam.[64]

Dilaporkan telah terjadi pertemuan antara MMI dengan JI di beberapa tempat antara lain di daerah Perak, Surabaya, Lamongan, Mojokerto. Dalam pertemuan itu pihak MMI membujuk JI untuk membatalkan kemungkinan melakukan pengeboman. Sebab, kalau Amerika Syarikat dan pemerintah Indonesia bertindak serentak, maka banyak aktiviti gerakan Islam akan turut terseret dan ditumpaskan. Pandangan Ba’asyir yang disampaikan wakil MMI dalam pertemuan itu tidak dihiraukan oleh anggota JI berhaluan keras. Meskipun secara de jure mereka masih mengakui Abu Bakar Ba’asyir sebagai ketua, tetapi mereka mulai mencari figur-figur baru calon pemimpin yang lebih sejalan dengan pemikiran mereka. Mungkin Ba’asyir mengetahui banyak tentang jaringan JI dan aksi-aksi pengeboman. Namun, hanya kemungkinan kecil sahaja dirinya dianggap sebagai perancang disebalik aksi-aksi tersebut.[65] Sebaliknya, kelompok berhaluan keraslah yang bertanggungjawab dalam perkara tersebut.

Kedua, ideologi yang dipegangi oleh kelompok JI, sama ada dari Salfisme, atau Ikhwan al-Muslimin, dan lain-lainnya seperti telah dijelaskan sebelum ini, tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama yang membuat anggota JI bertindak ganas.[66] Muhammad Rasyid Rida dan bahkan pendiri Ikhwanul Muslimin (IM) sendiri, Hasan al-Banna serta pengikut awalnya juga dikatakan mengikuti fahamansalaf (salafisme);[67]  Tetapi, mereka bukanlah pengganas dan tidak menganjurkan tindakan keganasan.[68] Mohammad Natsir, pendiri DDI, juga seorang demokrat dan berfikiran moden. Dengan demikian, ideologi tidaklah dapat dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya keganasan dari sebahagian anggota kelompok JI tersebut. Jika benar demikian, tentulah semua orang yang berpegang pada ideologi itu akan terbabit dalam tindakan keganasan. Dalam laporan ICG Asia Report, no. 83, 13 September 2004, terungkap bahwa pengikut aliran salaf di Indonesia terpecah menjadi dua:  salafi murni, dan salafi jihadi. Yang pertama bertujuan memurnikan ajaran Islam daripada unsur-unsur syirik, bid‘ah dan khurafat. Mereka memahamijihad (dalam pengertian perang) sebagai usaha membela diri daripada serangan musuh, bukan menggempur atau memulai serangan (jihad talab} atau jihad hujum). Mereka juga tidak membabitkan diri dalam urusan politik, dan menolak pendekatan revolusi menggulingkan pemerintahan yang dipegang oleh seorang muslim. Sedangkan yang kedua bersikap sebaliknya, mereka ini umumnya adalah veteran perang Afghanistan.[69]

Penulis berpendapat bahwa ada faktor kejiwaan yang mendorong kelompok berkenaan bertindak ganas. Secara umum mereka yang terlibat dalam kegiatan keganasan itu adalah golongan yang lebih muda, yang penuh dengan semangat dan keberanian, lebih-lebih lagi setelah mereka turut berperang di Afghanistan. Maka jiwa mereka telah serasi dengan suasana perang, dan cenderung menggunakan kekerasan terhadap orang-orang yang mereka anggap sebagai musuh. Dalam kumpulan al-Qaeda pun tidak semuanya menyetujui tindak keganasan. Abdullah Azzam sendiri, mentor Usamah bin Ladin, tidak merestui perjuangan menggunakan cara-cara keganasan. Sebaliknya, golongan yang lebih muda, seperti Ayman al-Zawahiri dan rakan-rakan yang berasal dari kumpulan Jihad Islam Mesir, inilah yang mendorong untuk melakukan kegiatan keganasan.[70]

Ketiga, banyak pemerhati yang lupa bahwa lahirnya keganasan dari sekumpulan umat Islam itu secara tidak langsung disebabkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak luar negara, negara-negara Barat yang bersikap ‘double standard’. Mereka lupa bahwa pengeboman di Bali adalah setelah Amerika Syarikat dan sekutu-sekutunya menyerang Afghanistan dan memporak-perandakan Iraq. Malah pada masa yang sama, penindasan terhadap rakyat Palestin tetap berterusan.

Keempat, tidak ada yang salah dalam fahaman Salafisme atau pun Wahabismeseperti yang banyak diungkapkan; seketat apa pun pandangan dan pendapat mereka, mereka tetap berniat untuk mengikuti ajaran Islam yang benar, sesuai dengan yang pernah diamalkan oleh Rasulullah, para sahabat, dan generasi sesudahnya. Apa yang salah adalah sikap yang terbit dari segolongan pengikutnya untuk memaksakan fahaman mereka pada orang lain dan cenderung menafikan fahaman lainnya.

 Kelima, adanya kecenderungan pihak Barat untuk mengaitkanfundamentalismeSalafismeWahabisme, atau pun Islamisme dengan terorisme. Tindakan ini adalah salah kerana membuat kesimpulan secara umum (generalisation).  Hal ini sebetulnya juga mencerminkan sikap mereka yang terlalu fanatik kepada sekularisme yang cenderung menolak peranan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Jangankan menjadikan Islam sebagai dasar kehidupan bernegara, menjadikan Kristian sekalipun sebagai dasar negara akan tetap mereka tentang. Penulis melihat bahwa ini merupakan suatu helah daripada Barat sekular untuk mengajak dunia umumnya menolak peranan agama dalam kehidupan bernegara, sehingga setiap anjuran untuk kembali kepada agama akan dilabel dengan istilah-istilah yang bersifat pejoratif dan tidak enak didengar. Mengikut kepada Roger Garaudy,[71] sikap seperti ini pun sebetulnya dapat juga disebut sebagai fundamentalisme, yaitu fundamentalisme sekular.

KESIMPULAN

            Jemaah Islamiyah sebenarnya adalah organisasi dakwah yang berorientasikan politik, bercita-cita hendak mendirikan negara Islam di Asia Tenggara. Sepeninggalan Abdullah Sungkar, JI terpecah menjadi dua bahagian : Yang pertamanya, adalah kelompok moderat yang lebih menekankan pada perjuangan dengan cara Islamisasi dari bawah dan memanfaatkan peluang politik yang ada; dan yang keduanya, adalah kelompok berhaluan keras yang cenderung menggunakan tindak kekerasan, bahkan keganasan bagi mencapai tujuan. Oleh itu, tidaklah adil untuk mengatakan bahwa JI adalah organisasi teroris, hanya karena sekelompok kecil anggotanya melakukan tindakan keganasan. 

Penulis - Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri Mahmud

Tuesday, 22 October 2013

Profil Negara Islam Indonesia

Negara Islam Indonesia telah diproklamirkan oleh As-Syahid Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada tanggal 7 Agustus 1949. Dimana bunyi proklamasi Negara Islam Indonesia adalah sebagai berikut :

PROKLAMASI

Berdirinya
Negara Islam Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih
Ashhadu alla ilaha illallah, wa ashhadu anna Muhammadarrasulullah

                                              Kami, Ummat Islam Bangsa Indonesia 

                                                                     MENYATAKAN :

BERDIRINYA
NEGARA ISLAM INDONESIA
Maka Hukum yang berlaku atas Negara Islam Indonesia itu, ialah : HUKUM ISLAM.
Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Allahu Akbar !
Atas nama Ummat Islam Bangsa Indonesia
IMAM NEGARA ISLAM INDONESIA

S.M. KARTOSOEWIRJO


  
                                                               , 
Madinah - Indonesia
12 Syawal 1368 / 7 Agustus 1949.
Tanggal 7 agustus 1949 adalah bertepatan dengan Bung Hatta pergi ke Belanda untuk mengadakan perundingan Meja Bundar, yang berakhir dengan kekecewaan. Dimana hasil perundingan tersebut adalah Irian Barat tidak dimasukkan kedalam penyerahan kedaulatan Indonesia, lapangan ekonomi masih dipegang oleh kapitalis barat.
Negara Islam Indonesia diproklamasikan di daerah yang dikuasai oleh Tentara Belanda, iaitu daerah Jawa Barat yang ditinggalkan oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia) ke Jogya. Sebab daerah de-facto R.I. pada saat itu hanya terdiri dari Yogyakarta dan kurang lebih 7 Kabupaten saja ( menurut fakta-fakta perundingan/kompromis dengan Kerajaan Belanda; perjanjian Linggarjati tahun 1947 hasilnya de-facto R.I. tinggal pulau Jawa dan Madura, sedang perjanjian Renville pada tahun 1948, de-facto R.I. adalah hanya terdiri dari Yogyakarta). Seluruh kepulauan Indonesia termasuk Jawa Barat kesemuanya masih dikuasai oleh Kerajaan Belanda. Jadi tidaklah benar kalau ada yang mengatakan bahawa Negara Islam Indonesia didirikan dan diproklamasikan di dalam negara Republik Indonesia. Negara Islam Indonesia didirikan di daerah yang masih dikuasai oleh Kerajaan Belanda.
Negara Islam Indonesia dengan organisasinya Darul Islam dan tentaranya yang dikenal dengan nama Tentara Islam Indonesia dihentam habis-habisan oleh Regim Soekarno yang didukung oleh partai komunis Indonesia(PKI). Sedangkan Masyumi (Majelis syura muslimin Indonesia) tidak ikut menghentam, hanya tidak mendukung, walaupun organisasi Darul Islam yang pada mulanya bernama Majlis Islam adalah organisasi dibawah Masyumi yang kemudian memisahkan diri. Seorang tokoh besar dari Masyumi almarhum M Isa Anshary pada tahun 1951 menyatakan bahwa "Tidak ada seorang muslim pun, bangsa apa dan dimana juga dia berada yang tidak bercita-cita Darul Islam. Hanya orang yang sudah bejat moral, iman dan Islam-nya, yang tidak menyetujui berdirinya Negara Islam Indonesia. Hanya jalan dan cara memperjuangkan ideologi itu terdapat persimpangan dan perbedaan. Jalan bersimpang jauh. Yang satu berjuang dalam batas-batas hukum, secara legal dan parlimen, itulah Masyumi. Yang lain berjuang dengan alat senjata, mendirikan negara dalam negara, itulah Darul Islam" (majalah Hikmah, 1951).
Ketika Masyumi memegang pemerintahan, M Natsir mengirimkan surat kepada SM Kartosoewirjo untuk mengajak beliau dan kawan-kawan yang ada di gunung untuk kembali berjuang dalam batas-batas hukum negara yang ada. Namun M Natsir mendapat jawaban dari SM Kartosoewirjo "Barangkali saudara belum menerima proklamasi kami"(majalah Hikmah, 1951).
Setelah Imam Negara Islam Indonesia S.M. Kartosoewirjo ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1962 regim Soekarno dengan dibantu oleh PKI yang diteruskan oleh regim Soeharto dengan ABRI-nya telah membungkam Negara Islam Indonesia sampai sekarang dengan pola yang sama. Pola tersebut adalah dengan cara menugaskan bawahannya untuk melakukan pengrusakan, setelah melakukan pengrusakkan bawahan tersebut "bernyanyi" bahwa dia adalah anggota kelompok Islam tertentu. Atau melakukan pengrusakan dengan menggunakan atribut Islam. Menurut salah seorang kapten yang kini masih hidup, dan mungkin saksi hidup yang lainnya pun masih banyak, bahwa ada perbezaan antara DI pengrusak dan DI Kartosuwiryo yakni attribut yang dipergunakan oleh DI pengrusak (buatan Sukarno) berwarna merah sedangkan DI Kartosuwiryo adalah hijau. Sebenarnya Negara Islam Indonesia masih ada dan tetap ada, walaupun sebagian anggota-anggota Darul Islam sudah pada meninggal, namun idea Negara Islam Indonesia masih tetap bersinar di muka bumi Indonesia*.*


 Cuplikan -http://darul_islam.tripod.com/